dari golongan wahabi yang komentar cuma komentar sampah saja,ada juga yang bilang pertanyaan saya tidak ada dalilnya,padahal dalilnya sudah komplit bukan hanya ada haditsnya tapi juga ada ayat alqur'anul karimnya.
memang sungguh menyedihkan golongan yang berfaham wahabi itu,mereka hanya bisa mencaci,banyak bicara namun tidak bisa mengeluarkan hujjah yang haq.
karna itu saya sekali lagi memosting pertanyaan buat mereka dipostingan saya kali ini.
PERTANYAAN SAYA BUAT SEMUA YANG BERFAHAM WAHABI
1. wahabi mengatakan bahwa tahlil,maulid,ziarah kubur dan lainnya adalah bid'ah,karna jelas itu adalah pekerjaan yang masih tergolong dalam urusan agama yang tidak pernah dilakukan rasulullah saw.
tiap tiap pekerjaan yang masih termasuk dalam lingkup agama namun tidak pernah dilakukan oleh rasulullah saw menurut wahabi adalah bid'ah.
tapi ternyata wahabi sendiri juga melakukan bid'ah,diantara kelakuan bid'ah kaum wahabi adalah:
a. sekolah/mondok di pesantren
b. membuat kitab/buku
c. bertabligh/berdakwah dengan menggunakan internet
sedangkan perkara (a),(b) dan (c) sama sama pekerjaan yang masih dalam lingkup urusan agama,berarti jelas kelakuan para wahabi juga bid'ah.
kaum wahabi biasanya menjawab pertanyaan semisal diatas dengan dalih maslahatul mursalah.
kalau anda kaum wahabi masih ngotot dengan jawaban maslahatul mursalah,maka saya akan bertanya pada anda,mana hadits atau al qur'an yang menyatakan maslahatul mursalah?!
2. orang wahabi tidak mau dengan ilmu ushul dan takwil al qur'an sehingga mengambil dan mentelaah alqur'an dan hadits hanya secara arti muthlaknya saja sehingga mengatakan allah duduk dikursi dan berbentuk seperti manusia,lalu bagaimana tanggapan anda mengenai ayat alqur'an berikut ini:
ليس كمثله شيء
tidak ada sesuatupun yang menyerupainya (allah)
lantas orang wahabi mengatakan allah berwajah dan bertangan,yang mana pemahaman seperti ini jelas berarti menyamakan allah dengan makhluknya.
mengenai ta'wil para ulama' terkemuka yang ilmu dan keshalihannya sudah jelas dan tidak bisa diragukan saja melakukan ta'wil,tapi kaum wahabi malah mengatakan itu syirik,coba anda lihat dan baca ini:
1/2. al-Imam al-Bukhari mengatakan:بَابُ – كُلُّ شَيْءٍ هَالِكٌ إِلاَّ وَجْهَهُ اَيْ مُلْكَهُ.
Artinya, “Bab tentang ayat : Segala sesuatu akan hancur kecuali Wajah-Nya, artinya Kekuasaan-Nya.”
Nah, kata wajah-Nya, oleh al-Imam al-Bukhari diartikan dengan mulkahu, artinya kekuasaan-Nya.
كل شيئ هالك الا وجهه. الا ملكه. ويقال الا ما اريد به وجه الله
Artinya: “Segala sesuatu akan binasa kecuali wajah-Nya”, maksudnya adalah“Kecuali kekuasaan-Nya. Dan ada pendapat lain yang mengatakan “Kecuali yang ditujukan untuk mendapatkan balasan Allah”. (Lihat Shahih Al Bukhari Juz 3 halaman 171).
Apa yang dilakukan Al Bukhari di atas jelas merupakan Ta’wil terhadap firman Allah. Ini berarti Akidah Imam Al Bukhari sama dengan Akidah mayoritas Ummat Islam (ahlus sunnah wal jama'ah).
2/2. Apa kalian masih tetap tidak menerima ta'wil dan ushul?,lalu bagaimana dengan Hadits yang diriwayatkan muslim:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم ان الله عز وجل بقول بوم القيامة يا ابن ادم مرضت فلم تعدني...... الى اخره
apa kalian berkeyakinan allah itu sakit?
Untuk sementara ini saya cukupkan pertanyaan kecil saya ini.
Kalau asatidz wahabi,mahrus ali mantan kyai nu dan semua kelompok wahabi punya otak dan berilmu silahkan jawab semua pertanyaan saya ini.
قُلْ هَاتُوا بُرْهَانَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ البقرة 111
INGAT!berkomentar dengan dalil,jangan asal ngomong seperti teman teman anda yang sudah banyak berkomentar sampah di blog saya ini.
Untuk Lebih jelasnya lebih Baik Anda Juga membaca pertanyaan saya sebelumnya di pertanyaan saya kepada mantan kyai nu
Bagi saudaraku seiman min ahlis sunnati wal jama'ah (annahdliyin) saya mohon saran dan masukannya.
Di Ahlus Sunnah Wal Jama'ah Komentar Disini
Untuk sementara ini saya cukupkan pertanyaan kecil saya ini.
Kalau asatidz wahabi,mahrus ali mantan kyai nu dan semua kelompok wahabi punya otak dan berilmu silahkan jawab semua pertanyaan saya ini.
قُلْ هَاتُوا بُرْهَانَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ البقرة 111
INGAT!berkomentar dengan dalil,jangan asal ngomong seperti teman teman anda yang sudah banyak berkomentar sampah di blog saya ini.
Untuk Lebih jelasnya lebih Baik Anda Juga membaca pertanyaan saya sebelumnya di pertanyaan saya kepada mantan kyai nu
Bagi saudaraku seiman min ahlis sunnati wal jama'ah (annahdliyin) saya mohon saran dan masukannya.
Di Ahlus Sunnah Wal Jama'ah Komentar Disini
jaga persatuan umat islam...
BalasHapusgeblok nulis temenanan rakno gunane, blog hancur nih, ikilah cirine wong nu rak iso digugu cangkeme, isone ngelek-ngelek wong tapi rak punya prinsip. maaf mungkin ini hasil kekecewaan saya karna saya dah nulis banyak dan capek tapi gak da gunanya.
BalasHapusblog hancuuuuuuuur.
SubhanaAlloh jgn suka debat ...
BalasHapusSubhanaAlloh .. jangan suka debat ...
BalasHapusSimak perkataan Al-Imam Al-Qurthubi rahimahullah dalam Tafsir-nya :
BalasHapusقال مالك رحمه الله: الاستواء معلوم - يعني في اللغة – والكيف مجهول، والسؤال عن هذا بدعة. وكذا قالت أم سلمة رضي الله عنها
“Telah berkata Malik rahimahullah : ‘Al-Istiwaa’ adalah diketahui (ma’luum) – yaitu (diketahui) dalam bahasa (‘Arab) – , kaifiyah-nya tidak diketahui (majhuul), bertanya tentang hal ini adalah bid’ah’. Hal yang sama juga dikatakan oleh Ummu Salamah radliyallaahu ‘anhaa” [Tafsir Al-Qurthubi (Al-Jaami’ li-Ahkaamil-Qur’aan), 7/219-220, tahqiq : Hisyaam Samiir Al-Bukhariy; Daar ‘Aalamil-Kutub, Cet. Thn. 1423, Riyadl – atau 9/239, tahqiq : Dr. ‘Abdullah bn ‘Abdil-Muhsin At-Turkiy; Muassasah Ar-Risalah, Cet. 1/1427, Beirut]
Juga Al-Ghazzaaliy dengan lafadh :
.....واتباع ما تشابه من الكتاب والسنة. كما روي عن مالك - رحمه الله- أنه سُئل عن الاستواء، فقال: "الاستواء معلوم، والإيمان به واجب، والكيفية مجهولة، والسؤال عنه بدعة
“……Dan mengikuti apa-apa serupa dari Al-Qur’an dan As-Sunnah. Sebagaimana diriwayatkan dari Maalik rahimahullah bahwasannya ia pernah ditanya tentang al-istiwaa’. Maka beliau menjawab : ‘Al-Istiwaa’ itu diketahui (ma’luum), beriman kepadanya adalah wajib, kaifiyah-nya tidak diketahui (majhuul), dan bertanya tentangnya dalah bid’ah” [Fashlut-Tafriqah Bainal-Kufr waz-Zindiqah, hal. 88; Cet. 1/1353 H].
Juga Al-Imam Abu Bakr bin Al-‘Arabiy rahimahullah dengan lafadh :
وقال مالك أنه لم يتأول. ومذهب مالك رحمه الله أن كل حديث منها معلوم المعنى ولذلك قال للذي سأله : الاستواء معلوم والكيفية مجهولة
“Dan telah Malik bahwasannya ia tidak men-ta’wil-kannya. Madzhab Malik rahimahullah mengatakan bahwa semua hadits tentang sifat adalah diketahuinya maknanya. Oleh karena itu beliau berkata kepada orang yang bertanya kepadanya : ‘Al-Istiwaa’ diketahui (ma’luum), kaifiyyah-nya tidak diketahui (majhuul)” [‘Aaridlatul-Ahwadziy, 3/166; Daarul-Kutub Al-‘Ilmiyyah, tanpa tahun].
Al-Imam Al-Juwainiy rahimahullah dengan lafadh :
الاستواء معلوم والكيفية مجهولة والسؤال عنه بدعه
“Al-Istiwaa itu diketahui (ma’luum), kaifiyyah-nya tidak diketahui (majhuul), dan bertanya tentangnya adalah bid’ah” [Al-‘Aqiidah An-Nidhaamiyyah, hal. 23; Mathbaqah Al-Anwaar, Cet. Thn. 1948, Kairo].
Al-Imam Abu ‘Utsman Isma’il bin ‘Abdirrahman Ash-Shaabuniy rahimahullah (373-449 H) :
BalasHapusأخبرنا أبو محمد المخلدي العدل ، ثنا أبو بكر عبد الله بن محمد بن مسلم الإسفراييني، ثنا أبو الحسين علي بن الحسن، ثنا سلمة بن شبيب،ثنا مهدي بن جعفر بن ميمون الرملي ، عن جعفر بن عبد الله قال: جاء رجل إلى مالك بن أنس يعني يسأله عن قوله : الرَّحْمَنُ عَلَى الْعَرْشِ اسْتَوَى كيف استوى؟ قال فما رأيته وجد من شيء كوجده من مقالته ، وعلاه الرحضاء ، وأطرق القوم ؛ فجعلوا ينتظرون الأمر به فيه ، ثم سُرِّي عن مالك فقال: ( الكيف غير معقول، والاستواء غير مجهول ، والإيمان به واجب ، والسؤال عنه بدعة ، وإني لأخاف أن تكون ضالاً ) ثم أمر به فأخرج
“Telah mengkhabarkan kepada kami Abu MuhammadAl-Mukhalladiy : Telah menceritakan kepada kami Abu Bakr ‘Abdullah bin Muhammad bin Muslim Al-Isfiraayiiniy : Telah menceritakan kepada kami Abul-Husain ‘Ali bin Al-Hasan : Telah menceritakan kepada kami Salamah bin Syabiib : Telah menceritakan kepada kami Mahdiy bin Ja’far bin Maimun Ar-Ramliy, dari Ja’far bin ‘Abdillah ia berkata : “Datang seorang laki-laki kepada Maalik bin Anas, yaitu menanyakan kepada beliau tentang firman Allah : ‘Ar-Rahman yang beristiwaa’ (bersemayam) di atas ‘Arsy’ ; bagaimana istiwaa’-nya Allah itu ?”. Perawi berkata : “Belum pernah aku melihat beliau (Malik) marah sedemikian rupa seperti marahnya beliau kepada orang itu. Tubuhnya berkeringat, orang-orang pun terdiam. Mereka terus menantikan apa yang akan terjadi. Kemudian setelah keadaan Al-Imam Malik kembali normal, beliau berkata : “Kaifiyah-nya tidaklah dapat dinalar, istiwaa’ sendiri bukan sesuatu yang majhul, beriman kepada adalah wajib, dan bertanya tentangnya adalah bid’ah. Dan sesungguhnya aku takut kamu berada dalam kesesatan”. Kemudian beliau memerintahkan orang tersebut untuk dikeluarkan dari majelisnya [‘Aqidatus-Salaf Ashhaabil-Hadiits, hal. 38-39, tahqiq : Badr bin ‘Abdillah Al-Badr; Adlwaaus-Salaf, Cet. 2/1415].
Abu Bakr Ahmad bin Al-Husain Al-Baihaqiy rahimahullah (384-458 H) :
BalasHapusأخبرنا أبو بكر أحمد بن محمد بن الحارث الفقيه الأصفهاني أنا أبو محمد عبد الله بن محمد بن جعفر بن حيان المعروف بأبي الشيخ ثنا أبو جعفر أحمد بن زيرك اليزدي سمعت محمد بن عمرو بن النضر النيسابوري يقول : سمعت يحيى بن يحيى يقول : كنا عند مالك بن أنس فجاء رجل فقال : يا أبا عبد الله الرحمن على العرش استوى، فكيف استوى؟ قال : فأطرف مالك رأسه حتى علاه الرحضاء ثم قال : الاستواء غير مجهول، والكيف غير معقول، والإيمان به واجب، والسؤال عنه بدعة، وما أراك إلا مبتدعًا. فأمر به أن يخرج
“Telah mengkhabarkan kepada kami Abu Bakr Ahmad bin Muhammad bin Al-Haarits Al-Faqiih Al-Ashfahaniy : Telah mengkhabarkan kepada kami Abu Muhammad ‘Abdullah bin Muhammad bin Ja’far bin Hayyaan yang terkenal dengan nama Abusy-Syaikh : Telah menceritakan kepada kami Abu Ja’far Ahmad bin Zairak Al-Yazdiy : Aku mendengar Muhammad bin ‘Amr bin An-Nadlr An-Naisaburiy berkata : Aku mendengar Yahya bin Yahya berkata : “Kami pernah berada bersama Maalik. Maka datanglah seorang laki-laki yang bertanya : ‘Ar-Rahman yang beristiwaa’ (bersemayam) di atas ‘Arsy’; bagaimana Allah ber-istiwaa’ ?”. Perawi berkata : Malik pun memalingkan kepalanya hingga tubuhnya berkeringat. Kemudian beliau berkata : “Istiwaa’ itu tidaklah majhul, kaifiyah-nya tidak dapat dinalar, beriman kepadanya adalah wajib, dan bertanya tentangnya adalah bid’ah. Tidaklah aku melihatmu melainkan seorang mubtadi’”. Maka beliau memerintahkan agar orang tersebut dikeluarkan dari majelisnya” [Al-Asmaa’ wash-Shifaat, 2/305-306, tahqiq : ‘Abdullah bin Muhammad Al-Haasyidiy; Maktabah As-Suwaadiy].
Abul-Qaasim Hibatullah bin Al-Hasan Al-Laalika’iy rahimahullah (w. 418 H) :
ذكره علي بن الربيع التميمي المقري قال ثنا عبد الله ابن أبي داود قال ثنا سلمة بن شبيب قال ثنا مهدي بن جعفر عن جعفر بن عبد الله قال جاء رجل إلى مالك بن أنس فقال يا أبا عبد الله الرحمن على العرش استوى كيف استوى قال فما رأيت مالكا وجد من شيء كموجدته من مقالته وعلاه الرحضاء يعني العرق قال واطرق القوم وجعلوا ينتظرون ما يأتي منه فيه قال فسرى عن مالك فقال الكيف غير معقول والاستواء منه غير مجهول والإيمان به واجب والسؤال عنه بدعة فإني أخاف أن تكون ضالا وامر به فأخرج
Telah menyebutkan kepadanya ‘Aliy bin Ar-Rabii’ At-Tamimiy Al-Muqri’, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami ‘Abdullah bin Abi Dawud, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami Salamah bin Syabiib, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami Mahdiy bin Ja’far, dari Ja’far bin ‘Abdillah, ia berkata : Datang seorang laki-laki kepada Maalik bin Anas. Ia berkata : “Wahai Abu ‘Abdillah, ‘Ar-Rahman yang beristiwaa’ (bersemayam) di atas ‘Arsy’; bagaiman Allah beristiwaa’ ?”. Perawi berkata : “Belum pernah aku melihat beliau (Malik) marah sedemikian rupa seperti marahnya beliau kepada orang itu. Tubuhnya berkeringat, orang-orang pun terdiam. Mereka terus menantikan apa yang akan terjadi. Maka keadaan Al-Imam Malik kembali normal, beliau berkata : “Kaifiyah-nya tidaklah dapat dinalar, istiwaa’ sendiri bukan sesuatu yang majhul, beriman kepada adalah wajib, dan bertanya tentangnya adalah bid’ah. Dan sesungguhnya aku khawatir kamu berada dalam kesesatan”. Kemudian beliau memerintahkan orang tersebut untuk dikeluarkan dari majelisnya. [Syarh Ushuulil-I’tiqad Ahlis-Sunnah wal-Jama’ah, hal. 398, tahqiq : Ahmad bin Mas’ud bin Hamdaan; desertasi S3].
mantep setuju tuhh ust
BalasHapus